Ende, 3 Mei 2016 - 3 hari menuju akad
Petugas Laboratorium menjanjikan hasil tes dapat diambil
setengah jam setelah proses pengambilan sampel, namun ternyata meleset. Hasil
tes darah dan urin baru dapat diberikan 2 jam kemudian.
Selang 2 jam, hasil tes lab dengan amplop tertutup sudah di
tangan. Petugas mengintruksikan untuk membawa hasil tes ke ruangan dokter.
Dengan tidak sabar, saya buka amplop itu. Agak bingung sih bacanya, ya memang
bukan lulusan kedokteran. Tapi yang jelas ada beberapa hasil yang berbeda
dengan nilai rujukan. -Yaah sakit beneran
kayanya nih-
Ruangan dokter sudah terbuka, tanda saya diperbolehkan
masuk. Langsung saja saya serahkan hasil labnya.
Hasil Tes Lab |
Imuno Serologi:
Anti Dengue
Ig G : Hasil positif, nilai rujukan negatif.
Anti Dengue Ig M : Hasil negatif, nilai rujukan negatif.
Kedua Antibodi ini saling
berhubungan. Antibodi IgM akan dibentuk tubuh jika tubuh baru pertama kali
menderita infeksi dalam rentang waktu 1-2 minggu. Namun jika infeksi itu masih
bertahan, maka tubuh akan membentuk antibody IgG. Hasil tes menunjukkan tubuh
membentuk antibody IgG, artinya ada dugaan bahwa tubuh saya sedang terinfeksi
dengue sekunder.
“Loh Dok saya ngga pernah sakit
demam berdarah kok, Dok”
“Berarti dulu pernah sakit yang
sebenernya itu demam berdarah, tapi Mbak nggak nyadar”
-Lhoalaah
untunglah nggak fatal-
Plasmodium
Falcifarum : Hasil negatif, nilai rujukan negatif.
Plasmodium Vivax : Hasil Positif, nilai rujukan negatif.
Kedua parasit ini adalah indikator untuk
penyakit malaria. Sebenarnya ada 4 jenis parasit malaria, namun untuk 2 parasit
yaitu plasmodium malariae dan plasmodium ovale lebih banyak di Afrika.
Masing-masing parasit mempunyai
gejala yang berbeda-beda, namun yang paling khas adalah adanya siklus demam
tertentu. Selain itu penderita juga mengalami mual, muntah maupun diare. Berdasarkan
informasi di blog-blog kesehatan, plasmodium
falcifarum lebih berbahaya daripada vivax,
karena dapat mengancam nyawa.
NTT memang merupakan daerah endemis
malaria, selain Papua dan Maluku. Hal ini dikarenakan nyamuk anopheles banyak
berkembang biak di genangan air baik di hutan maupun rawa. Tidak ada vaksin yang
benar2 ampuh untuk mencegah penyakit ini. Cara satu-satunya ya menghindari
gigitan nyamuk. Namun sekali terserang penyakit ini, tubuh akan terus membawa parasit
ini. Jika pengobatannya tidak tuntas, bibit parasitnya akan bersembunyi di sel
hati dan siap untuk menginfeksi tubuh jika tubuh dalam kondisi sedang lemah.
Begitulah penjelasan dokter kepada saya.
Salmonella
Paratyphi AO : Hasil negatif, nilai rujukan negatif
Salmonella
Paratyphi BO : Hasil 1/320, nilai rujukan negatif
Salmonella
Typhi H : Hasil 1/160, nilai rujukan negatif
Salmonella
Typhi O : Hasil 1/160, nilai rujukan negatif
Salmonella adalah bakteri penyebab penyakit tifus atau tipes.
Penyebabnya adalah dari 5F yaitu food
(makanan yang telah terkontaminasi), Fingers
(jari tangan atau kuku kotor dan terselip bakteri), Fomitus (muntahan), Fly
(lalat), dan Feces (tinja). Dokter
klinik di Ende yang menangani saya saat itu tidak menyebutkan saran untuk opname
sama sekali. Namun ketika saya berkonsultasi dengan dokter klinik di Garuda
Sentra Medika Bekasi pada satu minggu setelah hari pernikahan, beliau
menyatakan seharusnya saya opname karena hasil tes paratyphi BO tinggi. –Lagipula jika saat itu dokter di Ende
menyarankan saya harus opname, jelas akan saya tolak. Apapun yang terjadi saya
harus pulang sesuai rencana awal. Mau menikah ini huhuu-
Kesimpulannya ternyata saya menderita virus flu dan batuk, parasit
malaria dan bakteri tipes. –Awalnya saya
kira saya terkena penyakit demam berdarah juga karena penjelasan dokter pada
saat menerangkan antibodi igG adalah dengue sekunder. Namun setelah saya teliti
lagi, nilai trombosit saya masih normal. Dan setelah mencari informasi di
google, antibody IgG juga dihasilkan tubuh saat tubuh terinfeksi plasmodium
vivax. Yang ini kesimpulan saya sendiri ref info dari banyak blog kesehatan.
Pada saat itu dokter sama sekali tidak menerangkan hal ini-
Siang itu saya keluar dari klinik dengan perasaan campur
aduk. Masih antara percaya nggak percaya. Ya Allah ini baru pertama kali sakit
komplikasi, penyakitnya ngga biasa semua pula. Ditambah akad pernikahan segera
dilangsungkan dalam 3 hari ke depan, dan mudik dimulai besok sore. Orang
pertama yang saya beri informasi adalah pasangan saya. Rules saya sendiri,
jangan sampai orang tua tahu bahwa anaknya sedang sakit di tanah rantau. Bisa nangis
nelongso mama saya.
Jika ada yang bilang kondisi mental sangat memengaruhi
kondisi fisik, itu pernyataan yang valid. Saya mengalaminya. Saya merasa lebih drop setelah mengetahui hasil tes
lab-nya. Kata teman kos di Ende, yang bikin sakit itu baca hasil tes nya dibanding
penyakit itu sendiri. Sebelumnya, mental saya masih menganggap saya hanya
menderita sakit flu dan batuk biasa jadi masih dikuat-kuatin. Namun setelah hasil lab keluar, tubuh saya seolah
mendapat approval dari mental saya
untuk semakin lemah.
Obat pertama telah saya minum, namun sekitar setengah jam kemudian
tubuh saya gemetaran, telinga berdengung keras. Itu adalah efek samping obat
malaria menurut dokter. Untung saya
sudah berada di kamar kos, karena superior saya mengizinkan saya untuk
beristirahat lebih dahulu.
“Banyakin istirahat aja Ta, biar besok kuat perjalanan
pulangnya,” nasehat Bu Aisyah.
…akan segera disambung
0 komentar:
Posting Komentar