Cobaan Sebelum Menikah #Part 1

Mereka bilang orang yang mau menikah itu cobannya banyak. Mulai dari mantan yang hadir kembali, datangnya orang baru, pertengkaran dengan pasangan, dan berbagai macam lainnya. Ya, sayapun mengalami hal tersebut. Semuanya. Tapi saya tidak akan menceritakan hal tersebut, biarlah itu menjadi bumbu sebuah hubungan dan kenangan saja. Cobaan psikologis itu bisa saya handle, tapi tidak untuk cobaan fisik. Bukan KDRT kok, pasangan saya tidak pernah main fisik. Hanya penyakit, yang tiba tiba datang bertubi-tubi di saat yang tidak tepat. Sangat tidak tepat. 

Badan saya dari dulu memang kurus. Semua orang yang kenal saya sudah paham itu. Tapi saya mempunyai mama yang cerewet soal makanan. Cerewet dalam arti yang baik tentunya. Sejak SD, mama tidak akan membiarkan anak gadisnya berangkat ke sekolah tanpa memakan nasi. Pokonya harus nasi. Meskipun berangkat ke sekolah sudah mepet dan mendekati telat, si embak akan menyiapkan piring berisi sarapan dan disiapkan di mobil. Dimakan di jalan on the way sekolah, yang jaraknya sekitar 10 menit ngebut dari rumah. -Di Lumajang ngga ada yang jauh kok, tanyakan saja teman kuliah saya yang pernah nge-gaul di sana hahaa-


Tapi dasar saya memang malas makan, kadang saya ngakali mama juga. Sebelum mama tanya saya sudah makan atau belum, saya buru-buru ke dapur, ambil nasi 3 sampai 5 butir. Dikunyah, lalu lanjut siap2 berangkat sekolah di kamar.


Mama : Nak, sudah makan nasi belom?

Saya : Sudah, Ma. Ayo anterin berangkat sekolah Ma. -Sudah makan 5 butir nasi maksutnya Ma. Saya ngga bohong kan wkwkwkwkwk-


Ya begitulah, berkat kecerewetan beliau, lambung saya aman dari maag meskipun badan kurus cungkring begini. -Makasih Ma-. Lepas dari rumah pun penyakit saya standar yaitu batuk pilek. Paling banter gejala maag. Syukurlah cuma gejala.


Ende, 27 April 2016 – 9 hari menuju akad

Bangun tidur pagi ini ada yang tidak biasa di tenggorokan. -Yailaahh calon batuk pilek ini-. Untung masih ada waktu buat sembuh. Tinggal diminumin ultraflu, besok pasti sudah sembuh. -Optimis-


Ende, 28 April 2016 – 8 hari menuju akad

Empat butir ultraflu sudah habis dikonsumsi. Tapi lha kok belum sembuh, malah hidung sudah mulai menampakkan sesuatu yang baru. Iya, ing*s. -Ahh menyebalkan. Ultraflu sudah ngga mempan. Oke, next step adalah OBH Combi-. Dua obat ini adalah obat andalan buat saya, dan tingkat kesuksesannya dalam menyembuhkan mendekati 95%. -Ref: Data history sejak tahun 2011-


OBH Combi yang paling saya suka adalah rasa mint. Ya bukan berarti saya suka minum obat di waktu senggang saya sih, tapi dulu waktu sakit pernah beli OBH Combi yang rasa madu. Ternyata buat saya eneg, lebih bisa ditelan yang rasa mint. Jadilah saya membeli OBH Combi di apotek, seharga Rp. 11,500.


Ende, 3 Mei 2016 – 3 hari menuju akad

Sudah H-3, masa penantian semakin membuat dag dig dug. Akad pernikahan saya akan dilaksanakan di Lumajang, Jawa Timur. Tapi sampai sekarang fisik saya masih di Kabupaten Ende, Pulau Flores, Provinsi Nusa Tenggara Timur. Sedari awal, saya memang merencanakan pulang kampung di tanggal 4 Mei 2016, hanya 2 hari menuju akad. Ya gimana lagi, cutinya di-eman-eman buat honeymoon sih hahahaa. Kebetulan tanggal 5 – 8 Mei 2016 ada long weekend. Long weekend nya karena apa? Silakan buka kalender masing-masing ya, buat saya long weekend ya berarti long weekend. Tanpa perlu tahu alasannya hihii.

Posisi Ende dan Lumajang


Hari ini adalah hari ke-5 saya b­­atuk dan pilek. Dan masih rajin minum OBH Combi mint sampai botol yang ke-empat. Sebenarnya jika 3 hari lagi tidak ada kegiatan besar saya pasti nyantai-nyantai saja dengan virus ini. Sakkarepmu lah. Tapi membayangkan hari akad dan resepsi saya full make up, di depan tamu undangan, tapi sambil srat srot srat srot karena hidung mbeler kok ngga lucu rasanya. Tamu undangan pasti malas bersalaman dengan saya, lha wong tangan penuh virus gitu. Duh!


Berbekal dari ketakutan itu, saya putuskan untuk ke dokter klinik. Ditanya beberapa pertanyaan mengenai diagnosa penyakit. Beberapa hari terakhir saya memang demam dengan siklus tertentu. Biasanya suhu badan saat pagi normal, namun menjelang sore suhu badan mulai tinggi. Tapi ngga tinggi tinggi amat kok, yaahh demam sedikit laah. Dari hasil pemeriksaan awal dokter juga memberi tahu hasil tes tekanan darah saya, yaitu darah rendah dengan ukuran 90/60. -Pantas saja sering kliyengan-


Sebelum memberikan obat, dokter menyarankan agar saya melakukan tes darah karena sedang marak kasus demam berdarah dan malaria saat itu. Saya sebagai pasien yang baik dan penasaran dengan fisik saya sendiri langsung mengiyakan.


Tidak ada hal-hal spesial yang terjadi pada saat pengambilan darah dan urin. Justru yang membuat kaget adalah hasil dari tes itu sendiri.

...akan segera disambung

0 komentar:

Posting Komentar