In the Search of My Baby’s Nanny -part 1-

Sebagai Ibu Pengabdi Kantor dan Pengabdi Bayi, kebutuhan nanny atau pengasuh adalah hal yang penting. Untungnya mertuaku sudah lama tinggal di sidorjo jadi bisa memberikan referensi. 

Pengasuh yang pertama namanya Mbak Anis. Dia adalah istri dari penjual air Pandaan yang biasa isi air di rumah mertua. Suaminya rajin jamaah ke masjid, jujur, baik makanya mertua berani menawarkan pekerjaan pengasuh ke istrinya dengan asumsi istrinya juga mengerti agama dan baik juga. Umur Mba Anis baru 22 tahun tp dia terlihat sabar kepada anak kecil. Screening sebentar dan hari esoknya dia mulai bekerja mengasuh dek Salman mulai jam 6 pagi sampai jam 5 sore.

Sebetulnya dia dan suaminya baru menikah 2 bulan yang lalu. Sempat terbersit pemikiran kalo dia hamil gimana ya. Tapi mau gimana lagi ngga ada cadangan calon pengasuh. Hanya butuh 1 minggu sampai tiba tiba Mba Anis cerita bahwa ternyata dia hamil. Hal yang wajar mengingat dia dan suaminya ngga LDR. Tapi tetap saja info itu membuat saya dan keluarga bingung. Efek dari kehamilan itu, Mba Anis selalu memuntahkan makanan apapun yang masuk. Namanya orang ngga bisa makan berhari-hari ya pasti membuat badan lemas. Ngga butuh waktu lama sampai akhirnya Mba Anis mengajukan resign setelah 2 minggu bekerja. Iya cuma 2 minggu 😞

Minggu pagi Mba Anis pamitan ke rumah mertua untuk resign, minggu sore Ibu mertua langsung menghubungi Mbak Pah untuk meminta bantuan mengasuh dek Salman. Mbak Pah umurnya sudah 50an tapi orangnya masih gesit. Dan gincunya merah membara. Mbak Pah adalah orang yang dulu mengasuh keponakan suami. Ketelatenan dan keterampilannya mengasuh bayi sudah tidak diragukan. Namun sayangnya Mbak Pah suka sekali meminjam uang. Kerja belum sebulan tapi sudah meminta gaji bulan ke-2. Hal inilah yang membuat Ibu mertua tidak merekomendasikan Mbak Pah sedari awal. Tapi kembali lagi, kami sudah tidak punya pilihan. Dan setelah dihubungi, alhamdulillah Mbak Pah mau mengasuh dek Salman.

Waktu itu siang hari, saya dapat video call dari Mbak Pah. Ternyata selain tua dan gincunya merah, Mbak Pah ini gaul juga ternyata sampai bisa video call. Sayangnya yang ditampilkan mukanya Mbak Pah aja, saat ditanyai dek Salman lagi ngapain jawabannya ngga jelas karena sinyalnya buruk. Tampilan layarnya juga freeze di mukanya Mbak Pah. Akhirnya saya end call daripada ngeliat mukanya Mbak Pah terus 🙈

Alhamdulillah hari pertama Mbak Pah berjalan lancar, adek pun ngga rewel. Masuk di hari kedua, terjadilah drama kembali. Entah karena umur atau apa di haru kedua ini Mbak Pah sakit. Maag dan kakinya keseleo sehingga ngga bisa gendong adek. Waktu itu langsung saya sms Mbak Pah di hari selasa malam, untuk menanyakan penyakit yang diderita dan apakah hari Rabu masih bisa mengasuh atau tidak. Kebetulan yang membalas sms adalah anak Mbak Pah. Jawabannya adalah permintaan maaf karena sakit lambung Mbak Pah sedang kumat dan kakinya yang keseleo makin sakit. Dan hari selanjutnya Mbak Pah tidak bisa bekerja lagi. Praktis Mbak Pah hanya bekerja selama 2 hari. Rekor! 👏🏻

Saya rasa anak dari Mbak Pah juga khawatir terhadap kesehatan Ibunya dan saya mengerti itu. Tapi kemudian siapa yang akan mengasuh dek Salman di hari Rabu dan seterusnya??

0 komentar:

Posting Komentar